Persahabatanku
Udara sejuk dikala pagi itu aku kembali menikmati indah nya dunia, iya indah..
Indah untuk mereka yang dapat merasakan keindahan itu, bukan aku yang hanya dapat merasakan segarnya udara tapi tidak untuk jiwaku. Gadis kecil yang berumuran belasan tahun sepertiku sebenarnya tidak mudah untuk menanggung semua ini, tapi bagaimana pun juga aku harus menjalani semua ini hanya untuk membuktikan pada semua bahwa aku bisa.
Namaku Laras, aku adalah anak kelas XII A di sebuah sekolah yang lumayan jauh dari rumahku, aku hanya seorang gadis miskin yang selalu diremehkan oleh teman-temanku.
Dan di suatu pagi aku mecoba tegar dan memberanikan diri untuk kembali melangkahkan kakiku menuju ke sekolah, dengan wajah yang terlihat seolah gembira dan senang aku berpamitan dengan kedua orangtuaku seolah tak pernah terjadi apapun di kehidupanku. Setelah berpamitan aku kemabli melanjutkan perjalananku ke sekolah dengan berjalan kaki.
Teman-teman : “Hay gadis miskin jalan kaki nih, hahaha” (Meledek)
Aku : “Hmmm...” (muka lesu)
Aku berlaga sok acuh dan tak memperdulikan perkataan mereka walaupun sebenarnya hati ini terasa sakit karena perkataan mereka, setiba di sekolah aku langsung masuk kedalam kelas, sengaja menghindar dari teman-teman ku yang selalu usil, mengolok-olok dan selalu membuli aku.
Waktu sudah mununjukkan jam istirahat , teman-teman ku berlari menuju kantin disamping sekolah, sedangkan aku hanya berdiam diri di bangku ku, sambil mengeluarkan sebungkus nasi dan air mineral dari dalam tasku yang dibawakan ibuku tadi pagi, kunikmati sesuap demi sesuap nasi hingga tak terasa sudah hampir setengah jam, waktu istirahat pun berlalu semua siswa kembali masuk ke kelas dan kembali menerima pelajaran yang di sampaikan oleh guruku.
Waktu jam pulang sekolah pun tiba, aku kembali berjalan menuju rumah ku tapi waktu itu hujan turun sangat lebat, akhirnya aku memutuskan untuk menunggu hujan sampai sedikit reda di trotoar pinggir warung dekat sekolahan. Beberapa menit kemudian seorang teman menghampiriku, Dia adalah Vivi anak kelas XII.B , kelas nya hanya bersebelahan dengan kelasku, aku tidak begitu mengenal nya. Tetapi dia menghampiri lalu tersenyum dan menyapaku.
Vivi : “Hay” (Sambil Tersenyum)
Aku : “Iya” (Membalas senyuman)
Vivi : “Nunggu hujan reda ya?”
Aku : “Iya, kamu sendiri?”
Vivi : “Sama...” (Tersenyum)
Akhirnya kami berdua pun sedikit saling bercerita dan bercanda bersama, sampai tidak terasa hujan sudah reda, aku berpamitan untuk pulang karena takut ibuku jadi khawatir karena anak bungsu nya belum juga pulang. Kulangkahkan kakiku menuju rumah dengan hati senang karena pada akhirnya aku mempunyai teman yang baik dan mau menerima kekuranganku, ya walaupun kita tidak satu kelas tapi kita sudah berjanji akan selalu meluangkan waktu untuk bertemu walaupun hanya sekedar untuk mengobrol, bercanda dan menemaninya dikantin dan aku membawa bekal ku sendiri.
Waktu fajar sudah kembali lagi aku segera bersiap-siap, tak sabar rasa nya aku ingin bergegas untuk pergi ke sekolah untuk menemui sahabat baruku itu, aku senang karena mulai hari itu aku tidak perlu menutup-nutupi kebohongan didepan kedua orang tuaku dengan wajah yang seolah-olah bahagia, kali ini aku benar-benar bahagia.
Seperti biasa sesampai disekolah aku langsung masuk ke kelas menunggu jam masuk, jam pelajaran pun berlalu dan waktu istirahat tiba. Aku langsung bergegas menuju kantin sambil membawa bekal dari rumah, aku langsung menghampiri temanku yang sudah menunggu di meja kantin.
Vivi : “Hay Ras” (melambaikan tangan)
Aku : “Hay Vi, udah lama yang nunggu? Maaf ya” (memohon)
Vivi : “Santai aja kali ras, gak lama kok. Sini duduk”
Aku : “Iya, makasih”
Vivi : ... (tersenyum)
Kami pun menikmati makanan kami masing-masing sambil bercanda, hari-hari yang aku lewati pun sekarang menjadi berbeda, berubah 180 derajat dari hari-hari sebelum aku mengenal Vivi sahabat baruku yang terbaik.
Hari-hariku bersama Vivi pun terus berlalu sampai suatu hari aku susah untuk bertemu dengan Vivi lagi, aku merasa khawatir dan selalu memikirkannya, kenapa beberapa hari ini aku tidak pernah melihat sahabatkku lagi sampai-sampai aku berpikir, “Apa Vivi berusaha untuk menjauhiku karena aku cuma seorang gadis yang miskin” itu yang selalu aku fikirkan, tapi aku berusaha untuk menghilangkan pikiran negatifku itu, karena aku tau Vivi adalah seorang teman sekaligus sahabat yang sangat baik untukku.
Aku coba untuk datang ke kelasnya mencari tau tentang Vivi, aku beranikan diri untuk tanya pada teman sekelas Vivi dimana dia,
Aku : “Hay boleh nanya gak?”
Teman Vivi : “Boleh, tanya apa?”
Aku : “Apa Vivi ada dikelas nya?”
Teman Vivi : “Oh Vivi, beberapa minggu ini tidak masuk sekolah”.
Aku : “Tidak masuk sekolah? (Kaget) apa dia sakit?”
Teman Vivi : “Kata wali kelas sih Vivi sedang sakit, sampai dia masuk rumah sakit”
Aku : “Vivi sakit?...(terkejut) makasih ya info nya”.
Semenjak itu aku jadi berpikir “Kenapa Vivi tidak pernah memberitahuku kalau dia sedang sakit, jika sakitnya mendadak kenapa juga dia tidak memberiku kabar,. Apa Vivi tidak pernah menganggapku sahabat”. Selalu itu yang terlintas di benakku. Sampai akhirnya terlintas di pikiranku untuk mencari tau apa yang sebenar nya terjadi pada sahabatku Vivi itu.
Aku memutuskan untuk menemui wali kelas Vivi dan bertanya dimana alamat rumah Vivi, aku ingin sekali kesana untuk mengetahui bagaimana keadaan Vivi saat ini. Setelah aku mendapatkan alamat rumah Vivi aku putuskan untuk datang kerumah nya di hari minggu. Hari minggu pun tiba aku begegas siap-siap untuk datang ke rumah Vivi, sesampai disana ibu nya Vivi membukakan pintu dengan senyum campur sedih dia bertanya apa alasanku datang, lalu aku menjelaskan bahwa aku ingin sekali menemui Vivi dan mengetahui bagaimana keadaan nya sekarang.
“Silahkan masuk nak”, katanya, aku masuk dan disuruh ibunya Vivi untuk langsung masuk ke kamar Vivi. Setelah masuk, aku melihat Vivi tidak menyadari kedatanganku di kamarnya, karena tidurnya yang sangat pulas aku tidak berani untuk membangunkannya karena takut akan mengganggu istirahatnya, aku putuskan untuk menunggu Vivi bangun dengan sendiri,. Beberapa menit kemudian ibu nya Vivi memanggilku ke ruang tamu untuk sekedar mengobrol dan minum teh yang sudah disajikkan Ibu nya Vivi.
Ibu nya Vivi bercerita kepadaku bahwa sebenar nya Vivi sudah sering mengalami sakit-sakitan dari sejak ia kecil, dia mengalami sakit asma. Lalu aku bertanya pada Ibunya “Tapi kenapa Vivi tidak pernah menceritakan tentang sakit nya padaku?’’ Tanyaku. “Vivi tidak pernah cerita apa yang dideritanya, karena dia tidak mau orang-orang yang dia sayangi merasa khawatir dan kasihan padanya”. Katanya
Vivi sudah bangun dari tidurnya, lalu aku langsung menghampirinya dan memeluk erat tubuh Vivi sebagai tanda kalau aku benar-benar sayang, khawatir dan bangga mempunyai sahabat seperti Vivi. Vivi kaget dan bertanya “sejak kapan kamu disini Ras?”. Aku hanya tersenyum dan bilang sama Vivi kalau aku kangen dan khawatir dengannya. Dia balik memeluk ku dan meminta maaf karena tidak pernah memberi kabar padaku.
Sesampai dirumah aku berpikir ternyata masih ada orang yang merasakan pahitnya dunia lebih dari aku. Aku miskin dan selalu direndahkan, diremehkan, dihina sedangkan Vivi dia harus merasakan rasa sakit lebih dari aku dan harus bolak balik ke rumah sakit hanya untuk ingin sembuh.
Sejak saat itu aku ingin selalu berada di dekat Vivi dan menjaga nya sampai dia benar-benar sembuh dan bisa ceria seperti dulu lagi. Begitupun dengan Vivi dia mengajariku apa arti dari kata bersabar dan menerima semua yang sudah dikehendaki Allah SWT, sungguh persahabatan yang sangat indah bagiku. Vivi adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya.
Sekian…...
Karya : Elvin